Dari Teori ke Lapangan: Kuliah Lapangan Agroteknologi UIN Bandung Hidupkan Semangat Tani Muda

Pangalengan, Kabupaten Bandung — Selama tiga hari dua malam, dari tanggal 29 hingga 31 Oktober 2025, 83 mahasiswa semester 3 Program Studi Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung melaksanakan kuliah lapangan (kulap) di Desa Wanasuka, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Kegiatan ini bertujuan untuk menjembatani teori akademik dengan praktik pertanian di dataran tinggi secara langsung dan memberikan pengalaman nyata kepada mahasiswa mengenai kehidupan petani.

Di bawah bimbingan Dr. Liberty Chaidir SP., M.Si, Jajang Supriatna, SP., MP., Dr. Rian Widianto SP., MP, Yati Setiati SP., MP, Agung Rahmadi SP., MP, dan Arif Romdoni SP., M.Si para mahasiswa tidak sekadar mengamati—mereka turut mengolah tanah, menyemai benih, menanam, hingga memanen cabai, teh, dan kentang. Bahkan, mereka juga berkesempatan memeras susu sapi langsung dari peternakan lokal, sebuah pengalaman langka yang membuka wawasan mereka tentang rantai produksi pertanian terpadu.

Kegiatan ini melibatkan 19 petani asli Desa Wanasuka sebagai narasumber utama. Para mahasiswa dibagi menjadi 19 kelompok dan tinggal di rumah-rumah warga selama program berlangsung. Interaksi ini menghadirkan pengalaman sosial yang kuat—bukan hanya tentang teknik budidaya, tetapi juga tentang nilai gotong royong, kerja keras, dan filosofi hidup para petani.

Secara geografis, Pangalengan dikenal dengan ketinggian 1.400–1.700 mdpl dan suhu sejuk 15–22°C. Daerah ini menjadi sentra komoditas unggulan seperti teh, kentang, cabai gendot, wortel, dan kopi, menjadikannya laboratorium alam ideal bagi mahasiswa untuk memahami agroekosistem dataran tinggi.

Selain memperdalam pengetahuan agronomi, kegiatan ini juga menumbuhkan kemampuan observasi, analisis, dan empati sosial. Mahasiswa diajak memahami bagaimana kondisi agroklimat memengaruhi produktivitas tanaman, sekaligus menelusuri peran sosial-ekonomi petani dalam menjaga ketahanan pangan daerah.

Meskipun harus menghadapi cuaca dingin dan medan menanjak, semangat mahasiswa tidak surut. Justru, pengalaman adaptasi di rumah warga dan interaksi intens dengan petani menjadikan kegiatan ini penuh makna. Program ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan tinggi berbasis praktik lapangan masih menjadi sarana paling efektif untuk membentuk kompetensi sekaligus karakter mahasiswa—khususnya di bidang pertanian berkelanjutan yang sangat relevan dengan tantangan zaman.



Scroll to Top